Spagebok

Spagebok

Jumat, 13 Januari 2012

ANAK MALAS BELAJAR

ANAK MALAS BELAJAR

Cara Mengatasi Anak Yang Belajar

ANAK malas belajar atau tidak mau untuk membaca buku pelajaran, sering jadi keluhan orangtua. Dimana anak lebih suka melihat tayangan televisi, seperti sinetron, film atau bermain dengan teman-teman sebayanya.
Jika , mereka menganggap bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang kurang menyenangkan dibandingkan dengan bermain atau nonton. Untuk mengatasi anak adalah dengan membuat anak menganggap bahwa belajar adalah kegiatan yang menarik, menyenangkan atau membuat mereka sadar bahwa belajar adalah suatu kebutuhan.

Berikut ini adalah tips untuk mengatasi anak malas belajar :

- Memberi sentuhan pada titik peka anak. Pada kondisi anak malas belajar, sebagai orangtua sekaligus sebagai pendidik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk memulai menyentuh titik peka anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang amat menarik perhatian anak. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan perhatian anak. Dengan demikian anak tentunya akan terbuka menerima pendapat dengan perasaan senang dan gembira, bebas dari perasaan tertekan, takut dan terpaksa. Pada akhirnya anak akan menerima pemahaman, betapa penting dan dibutuhkan proses belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh keperkasaan menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun tergerak untuk melakukan dan merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibutuhkan kesabaran kita untuk melakukan pendekatan kepada anak.
- Anak malas belajar harus dibangkitkan nilai plus anak. Satu pengharapan orangtua tentunya menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar. Anak belajar atas inisiatif, kesadaran sendiri dan proses belajar itu sudah menjadi suatu kesadaran kebutuhannya untuk mencapai suatu kecakapan khusus serta ingin menonjolkan kelebihan-kelebihannya lebih dari yang lainnya.
Untuk menyentuh perasaan atau keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa “tertantang” untuk melakukan sesuatu yang positif, kita dapat mengambil contoh dari tokoh film herois dan tokoh dunia yang sukses. Kita dapat mengungkapkan, bahwa untuk menjadi orang yang sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara belajar yang baik, tahu apa yang hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang dipelajari, sehingga tertanam pemahaman belajar yang bukan asal belajar.
- Mengembangkan cita-cita anak. Anak malas belajar harus di dorong agar memiliki cita-cita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya untuk itu kita harus aktif berperan dalam proses ini. Cita-cita anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Kita dapat memberi contoh agar anak mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa dirinya. Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk lebih giat belajar dan lebih terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.
- Menentukan waktu belajar anak yang tepat. Jika anak telah sadar dan tergerak hatinya untuk melakukan kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan kita sia-siakan. Anak malas belajar harus kita arahkan untuk menentukan kapan waktu belajarya. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain: sesuai dengan keinginan anak, jangan berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya. Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari rasa lelah, mengantuk, gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya.
- Mengembangkan tujuan belajar. Anak malas belajar agar tahu manfaat dan arah apa yang dipelajarinya, biasakan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya.
- Mengembangkan cara-cara belajar yang baik pada anak. Anak malas belajar harus ditumbuhkan gairah  belajarnya, gairah belajar itu akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, Anda perlu membekali anak bagaimana cara-cara belajar yang efektif dan efesien. Kita dapat mananamkan pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang baik, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan belajar.
- Anak malas belajar harus dikembangkan rasa percaya dirinya. Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi kita untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran menjadi tantangan untuk ditaklukkan dan untuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara mengatasi kesulitan.
 http://emweje.com/anak-malas-belajar/

Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?




Lewat bermain yang terarah, anak usia dini sudah bisa belajar banyak hal.

KOMPAS.com - Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik dan tepat dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depan, begitulah pesan yang disampaikan Profesor Sandralyn Byrnes, Australia's & International Teacher of the Year saat seminar kecil di acara Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011 lalu.
Menurut Byrnes, PAUD akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. "Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini," jelas Byrnes.
Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. "Tentunya di usia dini, mereka akan belajar pondasi-pondasinya. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, tetapi bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa."
Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. "Tentunya cara bermain pun tidak bisa asal, harus yang diarahkan dan ini butuh tenaga yang memiliki kemampuan dan cara mengajarkan yang tepat. Kelas harusnya berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran. Bukan menjadi ajang tarik-ulur kekuatan antara murid-guru. Seharusnya terbangun sikap anak yang semangat untuk belajar," jelas Byrnes.
Contoh, bermain peran sebagai pemadam kebakaran, anak tidak akan mendapat apa-apa jika ia hanya disuruh mengenakan busana dan berlarian membawa selang. Tetapi, guru yang mengerti harus bisa mengajak anak menggunakan otaknya saat si anak berperan sebagai pemadam kebakaran, "Apa yang digunakan oleh pemadam kebakaran, Nak? Bagaimana suara truk pemadam kebakaran yang benar? Apa yang dilakukan pemadam kebakaran? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan ditanyakan untuk memancing daya pikir si anak," contoh Byrnes.
Selama 7 tahun meneliti pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes juga menemukan sebagian orangtua memiliki konsep bahwa anak-anak di usia itu sudah bisa berpikir. "Anak-anak usia dini belum bisa berpikir dengan sempurna seperti orang dewasa. Anak-anak usia tersebut harus dipandu cara berpikir secara besar, cara mencerna, dan berdaya nalar. Sayangnya, beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia belum mengajarkan mengenai multiple intelligences. Ini kembali ke perkembangan latar belakang ahli didiknya," ungkap Byrnes.
Apa perbedaan anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan usia dini berkualitas dengan anak-anak yang tidak belajar? "Di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar. Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan cukup di usia dini, akan lamban menerima sesuatu," terang Byrnes yang pernah mendapat gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia. "Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban. Menurut saya, pendidikan anak sudah bisa dimulai sejak ia 18 bulan," tutup Byrnes.
http://female.kompas.com/read/2011/02/13/05354263/Mengapa.Pendidikan.Anak.Usia.Dini.Penting.

Penerapan pembelajaran jarak jauh dalam pembelajaran

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Perguruan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) secara lebih spesifik mengizinkan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui Perguruan Tinggi Jarak Jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Salah satu bentuk pembelajarannya dengan menggunakan e-learning. Dewasa ini e-learning menjadi menarik untuk diperhatikan oleh berbagai pihak, diberbagai bidang termasuk diterutama bidang pendidikan dengan telah dibukanya upaya baru dalam proses belajar mengajar yaitu dengan adanya Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ). Dalam SBJJ, interaksi antara peserta didik dengan pengajar terbatasi dan terhalang secara fisik.  Oleh karena itu untuk mengatasi keterbatasan itu disediakan berbagai layanan pembelajaran akademik, diantaranya tutorial on-line, bagi para peserta didik. Distance learning adalah bentuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan modul yang tercetak yang digunakan untuk korespondensi dan pembelajaran berbasis (TIK), seperti televisi, radio, dan komputer serta internetnya. Segmen populasi pelajar lebih menyukai pembelajaran yang menggunakan media instruksional yang berbeda. Misalnya: berhubungan dengan print, CD, Video, atau komponen audio, perlengkapan telecourse, TV interaktif, atau internet. Dengan demikian pengajar harus mengetahui media terbaik yang bisa digunakan oleh peserta didik saat mempelajari suatu materi pelajaran dan tingkat kemampuan teknologi yang dapat diakses. Beberapa produk TIK yang juga bisa digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran para peserta didik misalnya siaran televisi, tape cassette, video film, siaran radio, dan slide. Dengan bantuan produk TIK tersebut, peserta didik mendapat informasi pelengkap bagi materi yang sedang atau telah mereka pelajari. Belajar Jarak Jauh merupakan suatu sistem pembelajaran yang menitik beratkan pada proses belajar mandiri secara aktif berdasarkan paket belajar (modul) dengan bimbigan tutorial yang diselenggarakan dari jarak jauh dan satuan waktu tertentu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis, sifat, dan jenjang pendidikan yang telah ditetapkan. Prinsip Belajar Jarak Jauh
  1. Tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, teramati, dan terukur untuk mengubah perilaku peserta didik
  2. Relevan dengan kebutuhan. Program Belajar Jarak Jauh relevan dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja, atau lembaga pendidikan.
  3. Mutu pendidikan. Pengembangan program Belajar Jarak Jauh merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan yaitu mutu proses pembelajaran yang ditandai dengan proses pembelajaran lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih produktif.
  4. Efisiensi dan efektivitas program. Pengembangan program Belajar Jarak Jauh harus mempertimbangkan efisiensi pelaksanaan dan ekfektivitas produk program. Efisiensi mencakup penghematan dalam penggunaan tenaga, biaya, sumber dan waktu, sedapat mubgkin menggunakan hal-hal yang tersedia.
  5. Efektifitas. Memperhatikan hasil-hasil yang dicapai oleh lulusan, dampaknya terhadap program dan terhadap masyarakat
  6. Pemerataan. Hal ini berkaitan dengan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, khususnya bagi yang tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena lokasinya jauh atau sibuk bekerja..
  7. Kemandirian. Kemandirian baik dalam pengelolaan, pembiayaan, manapun dalam kegiatan belajar.
  8. Keterpaduan. Keterpaduan, yang dimaksud disini adalah keterpaduan berbagai aspek seperti ketepaduan mata pelajaran secara multi disipliner.
  9. Kesinambungan. Penyelenggaraan Belajar Jarak Jauh tidak insidental dan sementara, tetapi dikembangkan secara berlanjut dan terus menerus.
Karakteristik Belajar Jarak Jauh (BJJ) Belajar jarak jauh memiliki karakteristik, sebagai berikut:
  1. Menjangkau semua peserta didik dimana pun berada. b. Proses belajar dilakukan secara mandiri.
  2. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja sesuai kebutuhan dengan tetap berpedoman pada kurikulum.
  3. Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung dalam suatu pertemuan. Bisa pula secara tidak langsung dengan bantuan tutor dalam forum tutorial.
  4. Waktu yang digunakan tepat sesuai waktu dan program yang telah ditentukan.
  5. Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.
  6. Program disusun disesuaikan dengan jenjang, jenis, dan sifat pendidikan.
  7. Penilaian dilakukan sendiri (self evaluation)
Prinsip & Bentuk Program Belajar Jarak Jauh (BJJ) Penyusunan program belajar jarak jauh memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
  1. Bertujuan meningkatkan mutu kemampuan para peserta didik sesuai dengan bidang kemampuan, minat dan bakatnya masing-masing agar lebih mampu meningkatkan mutu dirinya sendiri.
  2. Memperluas kesempatan belajar dan meningkatkan jenjang pendidikan para peserta.
  3. Meningkatkan efisiensi dalam sistem penyampaian melalui media modular dengan bantuan radio pendidikan, film, video, media pendukung lain.
  4. Berdasarkan kebutuhan lapangan dan kondisi lingkungan
  5. Berdasarkan kesadaran dan keinginan peserta didik dan menekankan pada belajar mandiri yang berdasar pada aktualisasi diri, percaya diri bergantung pada kemampuan sendiri agar berhasil dalam studinya.
  6. Dikembangkan dalam paket terpadu dan dilaksanakan secara terpadu pada tingkat kelembagaan.
Dengan pertimbangan prinsip-prinsip tersebut, maka bentuk program jarak jauh dapat berupa paket belajar modular, program siaran radio, atau televisi, dan program multimedia. Sistem Komponen Belajar Jarak Jauh Pembelajaran jarak jauh disebut pembelajaran sistem terbuka, karena memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar. Disamping itu peraturan yang diberlakukan tidak seketat kelas konvensional. Peserta didik tidak diwajibkan hadir di kelas untuk mengikuti proses pembelajaran seperti biasanya. Mereka pun tidak diwajibkan mengikuti jadwal pelajaran yang kaku. Peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar sesuai karakteristik, kebutuhan, bakat, dan minatnya. Sistem belajar jarak jauh diselenggrakan dengan maksud agar peserta didik dapat belajar mandiri. Bantuan terkadang dari pembimbing, yaitu guru dan tutor. Peserta didik belajar melalui teori, pikiran, perasaan, atau karya- karya yang telah dituangkan dalam buku teks, modul, majalah, suratkabar, atau program-program (software) yang disajikan melalui media berbasis TIK. Penyelenggaraan Sistem belajar jarak jauh meliputi mata pelajaran, ahli pengembangan materi pembelajaran, dan ahli media pembelajaran yang menyusun dan mengembangkan kurikulum. Mereka mempersiapkan, merancang, menyusun, dan memproduksi materi pembelajaran. Program cetak dan program media yang dihasilkan ini lalu diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari, baik secara individual maupun berkelompok. Mereka akan belajar sesuai dengan kemampuan dan percepatan belajarnya masing-masing. Peserta didik yang belajarnya cepat tidak perlu menunggu temannya yang lambat. Sebaliknya, yang lambat belajarnya tidak perlu merasa ditingggalkan oleh temannya, namun tetap berusaha untuk belajar dengan optimal sesuai karakteristiknya. Oleh karena tidak ada guru atau pembimbing langsung selama proses belajarnya, maka sistem belajar mandiri ini memerlukan kemauan, motivasi, dan semangat, serta disiplin yang besar dan kuat untuk bisa, pintar, atau cerdas. Jika menghadapi kesulitan atau tidak bisa mengerjakan soal, peserta didik diharapkan berdiskusi dengan teman. Untuk mengatasi hal ini maka diadakan tutor untuk memberikan kegiatan tutorial yang berfungsi sebagai pembimbing. Komponen sistem belajar jarak jauh, meliputi:
  1. Peserta Didik Tujuan peserta didik mengikuti sistem belajar jarak jauh, antar lain ingin mendapatkan ijazah, untuk mengisi waktu, hiburan, atau tertarik dengan programnya.
  2. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran dirancang khusus untuk keperluan sistem belajar jarak jauh sesuai kebutuhan peserta didik. Materi pembelajaran yang disusun mudah dipelajari tanpa perlu bayak mengharapkan bantuan orang lain. Materi ini disajikan melalui berbagai media. Pada awal keberadaan sistem belajar jarak jauh, medianya berupa media cetak, sehingga munculah buku atau modul. Namun sekarang di era TIK dan komunikasi media untuk belajar mandiri bisa memanfaatkan jaringan komputer seperti internet yang di dalamnya memuat banyak informasi dengan penyajian dengan berbagai macam.
  3. Pembimbing, Tutor, Fasilitator Tugas pembimbing, tutor, dan fasilitator adalah memberikan bantuan kepada peserta didik sewaktu-waktu seaara berkala ketika peserta didik menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas, latihan, atau soal. Bantuan yang diberikan adalah membimbing untuk memahami tujuan yang akan dicapai, cara dan teknik mempelajari materi pembelajaran, penerapan metode belajar, dan bantuan lain yang dapat mengkondisikan peserta didik untuk belajar dan mencapai hasilnya secara optimal. Waktu pertemuan peserta didik dengan pembimbing, tutor dan fasilitator didasarkan pada jadwal yang luwes (fleksibel) tidak kaku disesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh peserta didik dan disesuaikan dengan perlu atau tidaknya bantuan dalam proses belajar.
  4. Tempat Belajar Karena peserta didik tidak wajib datang ke sekolah setiap hari, maka peserta didik bisa belajar di mana saja, sambil menggembala kambing atau kerbau di kebun, atau sambil menunggu warung. Tempat untuk pertemuan dengan pembimbing pun diatur dengan memilih tempat yang nyaman meskipun sederhana untuk belajar.
  5. Sistem Evaluasi Dalam sistem BJJ, peserta didik belajar tanpa diawasi oleh pembimbing, Oleh karena itu untuk menentukan apakah telah menguasai materi pembelajaran atau belum, peserta didik harus mengajukan kepada pembimbing untuk meminta diuji, Namun peserta didik bisa pula melakukan tes mandiri (self test/evaluation). Dalam hal ini peserta didik mengerjakan soal tanpa pengawasan. Dirinya sendirilah yang menilai jawaban benar atau salah berdasarkan kunci jawaban test tersebut.
Pendayagunaan komputer dalam progam BJJ Komputerisasi program belajar jarak jauh bukan saja menjadi suatu kebutuhan, akan tetapi sekaligus merupakan suatu keharusan, baik dalam administrasi maupun dalam edukasi. Pertimbangannya adalah:
  1. Data dan informasi tentang peserta didik dan tutor membutuhkan ketelitian dan ketepatan yang maksimal, agar dapat segera dikombinasikan dalam jangka waktu relatif cepat. Penyimpanan data melalui komputerisasi tentunya sangat membantu penyelenggaraan sistem administrasi dan manajemen program BJJ
  2. Pelaksanaan kegiatan kurikuler, bimbingan tutorial, kegiatan penilaian, pengadaan dan pemkaian bahan bacaan serta alat bantu dan kegiatan pembelajaran lebih menekankan belajar mandiri, sehingga perlu pendataan dan pengolahan yang cepat dan akurat.
  3. Pendayagunaan komputer dalam program BJJ merupaklan salah satu sarana/prasarana yang penting guna lebih memperlancar sistem komunikasi informasi. Misalnya untuk pelaksanaan bimbingan tutorial dan penilaian peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal.
  4. Kebutuhan inovasi, penyesuaian dan pengembangan sistem pendidikan nasional dewasa ini meminta perhatian yang sungguh-sungguh dalam pendayaagunaan TIK.
Kelebihan Belajar Jarak Jauh Dari penjelasan yang telah disampaikan dapat dikemukakan bahwa belajar jarak jauh memiliki kelebihan-kelebihan berikut:
  1. Menjangkau target yang telah ditentukan. Para peserta dapat dijangkau dengan media cetak dan elektronik seperti radio, televisi, komputer. Cara ini menguntungkan karena memberikan kesempatan yang luas bagi generasi muda yang ingin belajar lebih lanjut sesuai dengan minat dan keinginannya.
  2. Memberikan kesempatan yang luas dalam rangka pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik. Mereka dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya masing-masing yang berbeda dengan sistem klasikal.
  3. Tidak membutuhkan ruangan kelas khusus dan semua jenis perlengkapannya, kerangka kegiatan belajar lebih banyak dilakukan di rumah atau di tempat lainnya yang ada seperti tempat tertentu untuk yang ingin belajar berkelompok
  4. Tidak memerlukan guru khusus yang bertugas mengajar secara berkesinambungan. Cukup dibina dan dibimbing oleh tutor yang bertugas secara berkala sebagai fasilitator dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
  5. Bahan belajar sudah disiapkam dalam bentuk modul yang disiapkan oleh pengelola. Prgram ini memang sudah dirancang agar peserta didik mudah memahami bahan tersebut
  6. Memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk belajar mandiri secara aktif, sehingga diharapkan mereka lebih mantap pemahamannya melalui kegiatan internal, diskusi dan pemantapan mandiri. Pada dasarnya keberhasilan peserta didik bantak bergantung pada sejauh mana mereka melakukan kegiatan belajar aktif tersebut.
  7. Lebih efisien dan ekonomis, karena waktu belajarnya tidak terstruktur. Peserta didik yang telah bekerja tidak perlu meninggalkan pekerjaannya. Peserta didik juga tidak perlu datang ke sekolah yang mungkin jauh jaraknya. Pengelolaannya belajar dilaksanakan secara terpusat dengan melakukan kegiatan perencanaan dan pengembangan, koordinasi, pemantauan, pengawsan dan penilaian.
  8. Pengembangan kurikulum didasarkan pada kebutuhan lapangan, sehingga tidak perlu sama dengan kurikulum lembaga pendidikan formal lainnya.
Kelemahan Belajar jarak Jauh: Beberapa kelemahan yang mungkin yang mungkin menjadi kendala BJJ meliputi:
  1. Persiapan dan perencanaan progam lengkap dengan semua perangkatnya memerlukan waktu dan pembiayaan yang cukup banyak serta mendayagunakan tenaga ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu.
  2. Menuntut para peeserta didik belajar mandiri, sehingga memerlukan motivasi belajar tinggi.
  3. Peserta didik tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan pengajar, misalnya untuk minta penjelasan atau jawaban atas suatu pertayaan yang diajukan. Bimbigan hanya bisa dilakukan dengan cara tutorial yang dilaksanakan secara berkala.
  4. Modul disusun secara terpusat sehingga besar kemungkinan bahan yang disajikan kurang relevan dengan kebutuhan peserta didik setempat atau kepentingan peserta didik. Bahan itu dapat kurang menarik, karena tulisannya tidak jelas, bahasa sulit dipahami, kurang contoh atau illustrasi, dan sebagainya
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/penerapan-pembelajaran-jarak-jauh-dalam-pembelajaran

Sekilas Tentang Sekolah Luar Biasa

Tak banyak yang mengenal seputar Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau yang juga dikenal dengan sebutan Sekolah Luar Biasa (SLB). Padahal, jumlah pendidikan yang seperti ini tidak sedikit jumlahnya di kota Padang ini.
Namun, seakan keberadaannya termakan dengan pendidikan formal atau Sekolah umum yang ada. P’mails pun menemui dua Sekolah Luar Biasa yang ada di Kota Padang guna mencari tahu hal yang berkaitan dengan sekolah ini serta apa-apa saja yang dilakukan teman-teman kita yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa ini.
Dua sekolah yang kebetulan P’mails temui adalah Sekolah Luar Biasa Perwari Padang yang berlamat di jalan S Parman Ulak Karang Padang dan Pendidikan Luar Biasa Yayasan Wacana Asih Padang yang terletak di terandam Padang.
Di Perwari, beberapa jenjang pendidikan ada disekolah ini. Mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB sampai SMALB sekalipun. Di sini tercatat sebanyak 75 orang siswa terdaftar sebagai pelajar denngan rincian TKLB sebanyak 11 orang, SDLB sebanyak 49 orang, SMPLB sebanyak 10 orang dan 5 orang SMALB yang terdiri dari siswa-siswi Tuna Rungu, Tuna Grahita, Tuna Darsa, Autisme dan lain sebagainya. Siswa dengan keterbatasan tersebut lah yang dibina disekolah ini.
Sekolah ini sudah ada sejak tahun 1 Januari 1988 yang langsung di SK kan. Saat ini pun tercatat sebanyak 15 orang guru yang diekpalai oleh Bapak Arifman Hakim, SPd. 4 dari orang guru tersebut merupakan tenaga honorer, sisanya merupakan PNS.
Proses pembelajaran di sekolah ini sama hal nya dengan sekolah biasa. Hanya saja yang diajarkan sesuai dengan kemampuan siswanya masing-masing. Sekolah pun dimulai pada delapan dan berakhir pada setenga sebelas untuk murid TK. Sementara untuk kelas satu sampai kelas 3 pulang pukul sebelas. Sedangkan sisanya pelajaran usai pada pukul duabelas lebih limabelas menit. Sekolah ini memakai kurikulum KTSP yang sudah disesuaikan dengan Sekolah Luar Biasa. Selain pelajarn tersebut, berbagai keterampilan juga diajarkan sesuai dengan kemampuan siswanya.
Pembagian kelas berdasarkan kemampuan dan tingkat keterbatasan masing-masing siswa. Pembagian kelas atau tingkat pendidikan ini juga digolongkan kepada usia setiap anak. Sekolah ini juga banyak memberikan beasiswa kepada muridnya untuk melaksanakan pendidikannya. Cara ini dilakukan untuk mendorong agar mereka yang memiliki keterbatasan juga mau untuk bersekolah, sebab masih ada dari siswa yang jumlah absenya masih tidak teratur. Pihak sekolah terus berupaya memberikan motivasi kepada siswa. Siswa yang sudah lulus banyak yang sudah berhasil, mempunyai keterampilan sendiri, mempunyai usaha sendiri, bahkan juga ada siswa yang sudah bekerja pada kantor-kantor dan perusahaan.
Sementara itu di Yayasan Wacana Asih tercatat sebanyak 120 orang siswa. Jenjang pendidikannya juga sama. Mulai dari TKLB hingga SMALB. Bahkan menurut bapak Husni Thamrin, ketua Yayasan rencananya yayasan ini juga akan mendirikan yang setingkat dengan Perguruan Tinggi. Dana untuk pembelajarn disekolah ini menurut Pak Husni asalnya beragam, mulai dari bantuan Pemerinytah, perusahan Swasta sampai bantuan orangtua murid sekalipun. Dana tersebutlah yang membuat sekolah ini bias berjalan sampai sekarang.
Sementara sebanyak 24 orang guru mengajar disini. Sebelas orang merupakan tenaga honorer, sisanya sudah diangkat menjadi guru. Keterbatasan yang dimilki siswanya beragam, ada yang tuna rungu, tuna netra, bahkan anak autis dan hiperkaktif sekalipun.
Disini P’mails juga mendapatkan data yang sama. Disekolah ini juga memakai kurikulum KTSP yang diperuntukkan bagi siswa SLB yang telah disesuaikan tentunya. Materu yang diajarkan disini juga sama, tak berbeda dengan sekolah umum. Murid-muridnya juga beragam asalnya. Mulai dari masyarakat yang tinggal di sekitar sampai dengan seluruh masyarakat yang ada di kota Padang ini. Menurut Pak Husni, bahkan siswanya juga ada yang berasal dari kerinci.
Di sekolah ini juga diajarkan keterampilan. Para siswanya belajar membuat keterampilan. Kebanyakkan siswa di Yayasan Wacana Asih ini berprestasi, bahkan salah satu murid jebolan sekolah ini sudah ada yang berkuliah di perguruan tinggi di Jakarta, bergabung dengan Mahasiswa Umum, bahkan IP nya juga bagus.
Buk Yulaini, SPd menjelaskan bahwa pada dasarnya mereka juga mampu berprestasi, jangan hanya melihat mereka dari segi negatif. Tambahnya lagi, disekolah ini juga kerap dilaksanakan berbagai kegiatan sama halnya dengan siswa biasa. Antusias siswanya juga cukup tinggi.
Intinya, sekolah seperti ini harus tetap didukung, termasuk pelajar yang bersekolah disana. Mereka punya impian dan bakat masing-masing. Pemerintah, masyarakat, orangtua murid harus peduli dengan adanya sekolah semacam ini. “karena siswa SLB juga tak mau kalah bersaing, “ ujar Buk Yulaini. Setuju. (Fresti Aldi)
http://frestialdi.wordpress.com/2009/04/14/sekilas-tentang-sekolah-luar-biasa/

Unbara Harus Mandiri



BATURAJA  - Pendiri Universitas Baturaja, H Amiruddin Ibrahim menganjurkan agar stakeholder di Kabupaten OKU ikut memikirkan masa depan Universitas Baturaja (Unbara). Agar Unbara bisa mandiri dan berkembang, sebaiknya univertas tersebut diberi aset.
Hal tersebut disampaikan ketika acara pelantikan pengurus Yayasan Pendidikan Sebimbing Sekundang (YPSS) yang menaungi Unbara.
Amiruddin mencontohkan maksudnya, bisa saja Unbara diberi aset berupa lahan satu hektare yang dihibahkan kepada universitas lalu dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Dari kerjasama tersebut kemudian akan mendatangkan penghasilan permanen sehingga yayasan bisa mandiri.
Dihadapan ratusan undangan acara, mantan Bupati OKU ini menguraikan sejarah berdirinya Unbara. Saat itu, kata Amiruddin, hanya orang-orang yang mampu saja yang bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi. Sementara semua perguruan tinggi berada di kota besar.
Lalu muncul ide Amiruddin untuk mendirikan universitas di Kota Baturaja dengan harapan pagi hari anak-anak bisa membantu orang tuanya bekerja dan sore harinya bisa kuliah. Kemudian  PNS bisa juga kerja sambil kuliah pada sore harinya atau kuliah pada hari Sabtu dan Minggu.
“Pertimbangan itulah akhirnya berdirinya universitas yang kemudian diberi nama Unbara,” kata Amiruddin.
Nama Unbara mengisyaratkan semangat belajar yang terus membara walupun di tengah keterbatasan.
Ia menyatakan, mahasiswa yang kuliah di Unbara banyak yang ekonominya pas-pasan. Itulah sebabnya pendiri Unbara ini mengingatkan agar semua pihak peduli dengan perkembangan Unbara.
Di kesempatan itu, Bupati OKU, Yulius Nawawi, seusai melantik kepengurusan YPSS mengatakan, pihaknya siap berada di garda terdepan untuk menggugah perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten OKU agar menyalurkan dana untuk pembangunan gedung perkulihan Unbara.
Dikatakan bupati, tingginya animo orang tua menguliahkan anaknya di Unbara membuat jumlah mahasiswa tidak seimbang lagi dengan daya tampung ruang kuliah yang ada saat ini. (eni)


Kepengurusan Universitas Baturaja
Periode 2011-2015
---------------------
Ketua Pengurusan YPSS: Batonazar
Wakil Ketua: HA Sobrie Daud
Sekretaris: Suprijadi Yazid
Bendahara: Mastarudin Muchtar
Wakil Bendahara: Sri Hartini
Kabid Pendidikan dan SDM: M Nasir Yazid
- Anggota Bidang Pendidikan dan SDM: Ni Ketut Sujiati
- Anggota Bidang Pendidikan dan SDM: Rohmat Subeki

Kepala Bidang Usaha dan Kersajama: Sardiyono.
- Anggota Bidang Usaha dan Kerjasama: H Muslim Tazai

Kepala Bidang Sarana Prasarana: Sofyan Sani
- Anggota Pelaksana Bidang Sarana Prasarana: Yuniaus Zulvarino
- Anggota Pelaksana Bidang Sarana Prasarana: Malikhatun.
http://palembang.tribunnews.com/03/03/2011/unbara-harus-mandiri

Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Pendekatan “Paikem”

Pembelajaran Aktif   Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan

Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparatis antara pencapaian academic standard dan performance standard. Faktanya, banyak peserta didik menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Senagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunkan atau dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagai mana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja.
Disparitas terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian-pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami. Pembelajaran berlatar realitas artificial. Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insane yang mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artificial adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati.
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Pertanyaannya, bagaimana menemukan cara terbaik menciptakan pembelajaran bermakna?
Seiring dengan pengembangan filsafat kontruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan kontruktif. Salah satu pemikiran kritis itu dan salah satu upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan atau PAIKEM.
Pembelajaran, menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya.
Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.
Inovatif, pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makan itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya.
Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem.
Efektif, pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif “memudahkan” peserta didik belajar sesuatu yang “bermanfaat”.
Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang didera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinnya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas.
Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukunagn teoritis, model pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikan metode-metode PAIKEM. Diantaranya yaitu metode Jigsaw,Think-Pair-Share,Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match, Bamboo Dancing,Listening Team, Inside-Outside Circle, Point-Counter-Point, dan The Power of two.
PAIKEM sebagai proses learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Aspek pengetahuan-pengetahuan tersebut penting sebagai landasan bagi guru maupun calon guru berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya.
Bertolok pada kebutuhan pendidikan di era global dan tuntutan profesionalisme kependidikan, metode bertajuk PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) proses dan hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat. Dengan meningkatnya proses dan hasil belajar maka diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat. Oleh karena itu,semoga dapat menjadi referensi bagi guru khususnya dan insan-insan yang mempunyai atensi di bidang pendidikan pada umumnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa di negeri ini. 
http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/07/upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-pendekatan-%E2%80%9Cpaikem%E2%80%9D/

7 Penyebab Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah

Berikut ini 7 alasan utama mengapa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah:
http://koranbaru.com/wp-content/uploads/2011/03/2971_pendidikan2.jpg

1. Pembelajaran yang terpaku pada buku paket (KURIKULUM BUKU PAKET)

Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak 60-70an Pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi “kitab suci” pengarajaran guru. Jika tidak percaya, cobalah tanya guru, apakah mereka bisa mengajar tanpa menggunakan buku paket sebagai buku pegangan?

2. Model pembelajaran Ceramah melulu

Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode BERCERAMAH. Karena berceramaha itu mudah dan ringan, tanpa persiapan banyak, tanpa membutuhkan sarana yang banyak, tanpa persiapan yang rumit, pokoknya mudah banget. Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang diapakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar? Pernahkah guru membawa anak-anak melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar? Atau pernahkah guru membawa seorang tentara langsung di kelas untuk menjelaskan profesi tentara?3. Kurangnya daya dukung sarana prasarana dari regulator

Sebenarnya sih perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang banget. Pemerintah yang getol memberikan pelatihan pengajaran yang PAIKEM (dulunya PAKEM) tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAIKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan CERAMAH!

4. Peraturan yang membelenggu

Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi? Karena tuntutan RPP, SILABUS yang “membelenggu” kreatifitas guru dan sekolah dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan (bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang “membelenggu” guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan tor-tor lainnya.

5. Guru tidak mengajari keterampilan bertanya, murid tidak berani betanya (KOMPETENSI SETENGAH)

Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. Anak “dipaksa” mendengar dan menerima inoformasi sejak pagi hingga siang. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya anak tidak dilatih untuk bertanya. Anak tidak dibiasakan bertanya, anak tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.

6. Guru tidak berani mengajukan pertanyaan terbuka (KURANG KREATIF)

Salah satu ciri negara FINLANDIA yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Di Indoneisa? Wah tunggu dulu, nanti banyak yang nyontek dong, begitu kilah seorang guru. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka. Soal terbuka seolah-olah beban berat. Mendingan soal tertutup atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira-kira kilah guru.

7. Siswa menyontek, guru pun juga (BUDAYA MENYONTEK)

Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi guru menyontek? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, menyontek telah merasuki sosok guru.
 http://dunia-panas.blogspot.com/2010/11/7-penyebab-mengapa-kualitas-pendidikan.html